Nyemplung weekly

‘One’s gotta have something enjoyable and fun to do to keep their mind sane’ ~ my quote ~

Selain candy crush’ing dan reading novel, beberapa bulan ini gue lagi teratur berenang seminggu sekali — to keep my mind sane and relax. Nyemplung weekly. The ultimate goal nya sih untuk sehat, karena sadar  selama ini kurang banget gerak/olah tubuh. The other goal nya adalah supaya nanti bisa sombong sedikit, bisa berenang bolak balik dari ujung ke ujung seperti orang-orang lain. Hihihi…

Agar teratur seminggu sekali, gue memutuskan untuk ambil les privat berenang. Belajar berenang dengan gerakan yang benar, nggak cuma asal bisa ngambang di air dan bisa maju. Kalau gerakan benar, gue yakin bisa membantu postur badan gue jadi lebih baik. Apalagi untuk Skolioser seperti gue, olahraga yang sangat dianjurkan adalah berenang. Dan karena gue bukan si body-kinetic-type-of-person, nggak akan bisa lah gue belajar berenang sendiri by learning from youtube or just observing other people.

Jadilah gue berenang teratur di Sport Club komplek sebelah. Dapat coach yang asik banget — anak UNJ semester terakhir — dan sangat paham  dengan kebutuhan mamah muda macam gue. 3 bulan lebih sudah gue latihan sama dia, sekarang satu gaya udah oke (gaya bebas), udah mulai nemu celah enaknya bagaimana. Tinggal belajar satu gaya lagi: gaya punggung. Karena gue skolioser, maka gaya berenang yang dianjurkan hanya gaya bebas dan gaya punggung. Kenapa? Karena di dua gaya ini, pada saat berenang posisi badan dibuat lurus (dari kepala sampai kaki) yang sangat baik dan bisa menjadi salah satu terapi untuk punggung yang terkena skoliosis.

Do it Right to avoid Injuries

Yup. Injuries. Meski berenang sering disebut olahraga paling aman karena sifatnya yang low impact dan berada di dalam air, tapi kalau kita melakukannya dengan gerakan yang salah, maka cedera pun bisa menghampiri kita. Cedera yang terbanyak adalah cedera lutut, disebabkan ketika kaki paddling/kicking the water (hmm mengayuh atau apa ya istilahnya) gerakannya bukan berasal dari otot paha tetapi dari lutut. Rasa sakit akibat cederanya pun tidak serta merta terasakan. Tapi akan muncul beberapa lama kemudian sebagai akumulasi dari gerakan yang salah tersebut. Itu salah satu contohnya.

Untuk gue, kondisi skoliosis dengan pen yang tertanam di punggung membantu menciptakan indikator sendiri untuk gerakan renang yang salah. Kalau setelah berenang terasa pegal dan nyeri di punggung bawah (daerah sekitar tulang ekor), itu tanda-tanda bahwa selama berenang badan gue kurang lurus dan kurang naik. Badan yang kurang naik juga bisa dirasakan dari gerakan kaki. Apabila gerakan kaki terasa berat, maka artinya badan kita kurang naik atau memang kita sudah capek berenangnya. Hehehe…

Addicted

So i’m kinda addicted to this new activity. The more I learn, the more eager I am to make my moves better, if to perfect it is a bit way too much.  First weeks were killing, dan begitu pun minggu-minggu setelahnya (hohoho). And you know what, I think swimming kinda ruin my diet. Since my appetite grows a lot! I don’t know what went wrong, but I do eat a lot than before. My!

Some other things that make me addicted to go to the pool (at least) once a week are the chances to meet new people. Gue jadi punya kenalan ibu-ibu yang kalau berenang bisa 1 jam nonstop muterin kolam renang, padahal she’s over 60 years old, I believe. Dan dari hasil bincang-bincang di ruang ganti, ibu ini memang diharuskan rutin berenang oleh dokternya sebagai salah satu terapi untuk lututnya. Jadi dari beliau di kursi roda, pakai tongkat sampai akhirnya bisa jalan sendiri, semua itu hasil dari rutin berenang. Mantaf!

Observing other Club member juga menjadi sesuatu hal yang menyenangkan. Ada bapak-bapak around 50 years old yang kalau berenang gerakannya oke banget. Badannya slim dan he looks so fit for his age. Semua gaya renang rasanya dia bisa. Dan untuk gerakannya itu,  gue kasih dia nilai 100. Oke banget!

Juga ada mas-mas around 30 years old yang kalau berenang bajunya itu-itu aja. Well, gue juga sih itu-itu aja bajunya hehehe toh cuma seminggu sekali. Satu hal menarik dari mas-mas ini adalah, dibanding dengan bapak-bapak yang gue sebut diatas, mas-mas ini termasuk yang badannya ‘berisi’. Tapi beliau lincah loh gerakannya. Yang gue notice juga, dia bisa berenang gaya bebas, gaya dada dan gaya kupu-kupu. Dan dari keseluruhan gaya tersebut, gerakannya oke semua. Keren!

Satu lagi, ada bapak-bapak around 45 years old yang kalau berenang memadukan gaya bebas dan gaya dada. Kreatif memang tapi khawatir cedera juga sih lama-lama.

Happily!

As people say, do something happily then you’ll enjoy it. So yes, I’m happy that I can swim better now. I’m happy to be in the water for at least one hour a week, despite the effect it caused that my skin a bit darker and dryer now. I’m happy to feel worn-out yet fresh after swimming. I’m happy that I made new friends at the pool, listening to their stories and thoughts give me interesting insights about life. I’m happy that I can spare  my time to give my body its right to be treated positively. And I’m happy that canteen at the pool provides indomie goreng and rebus deliciously, and their snack – makaroni kering -, is the best I ever have!!!!

 

PS. Inspired by my dearest friend teh Yis Yusuf, who consistently spends her morning at the pool at least 3 days a week. Bravo!

 

 

 

 

 

 

 

Leave a Reply