Meskipun terlihat sepele, gigitan si mpus ternyata dapat menyebabkan luka infeksi yang serius, loh! Penyebabnya adalah dari luka yang ditimbulkan, bakteri dapat dengan mudah masuk ke dalam otot dan tulang manusia.
Luka terbuka dari gigitan seekor anjing yang dapat merobek daging dan mematahkan tulang (ouch!), ternyata lebih mudah dibersihkan dan kemungkinan untuk terjadinya infeksi lebih kecil dibandingkan dengan luka yang disebabkan oleh gigitan kucing yang biasanya terjadi di daerah tangan.
Ini terbukti dari hasil penelitian yang dipublikasikan pada “The Journal of Hand Surgery” edisi Februari, dimana para peneliti mempelajari rekam medis dari 193 orang yang datang ke RS Mayo Clinic dengan luka gigitan kucing pada tangan mereka.
36 orang segera dilarikan ke RS dan harus menjalani rawat inap selama 3 hari, sementara 154 orang lainnya menjalani rawat jalan dan pengobatan dengan antibiotik, meskipun pada akhirnya 12 orang diantara mereka tetap harus diopname. Komplikasi akibat luka gigitan kucing itu terjadi di daerah syaraf, menyebabkan abses dan kehilangan mobilitas sendi.
Penyebab infeksi pada umumnya disebabkan oleh Pasteurella Multocida, bakteri agresif yang banyak ditemukan pada sebagian besar binatang termasuk pada 90% kucing sehat. Pengobatan biasanya dilakukan dengan pemberian amoksilin kepada penderita.
“Apabila luka gigitan kucing menjadi bengkak, berwarna merah, terasa nyeri dan anda mengalami kesulitan dalam menggerakkan tangan, berarti telah terjadi infeksi di area tersebut dan pengobatan harus segera dilakukan,” jelas Dr. Brian T. Carlsen, ahli bedah tangan di Mayo Clinic.
“Lapisan otot dan sendi kita berada di permukaan sehingga dapat dengan mudah ditembus oleh gigitan kucing yang kemudian menyebarkan kuman di area tersebut,” tambahnya. “Begitu kuman masuk, akan dengan cepat menyebar di area yang penuh dengan cairan yang tidak terdapat sirkulasi darah sehingga harus dilakukan tindakan pembedahan.”
Jadi, jangan sepelekan luka gigitan si mpus ya !
Disadur dari Beware of a Cat’s Bite by Nicholas Bakalar, dipublikasikan oleh The New York Times Edisi 13 Februari 2014.