Scoliosis, Living with the Curve

Skoliosis adalah suatu kondisi dimana bentuk tulang belakang melengkung ke samping membentuk huruf C atau S. Pada banyak kasus, skoliosis terjadi pada anak perempuan dan tidak bisa dicegah karena sifatnya yang idiopathic (tidak diketahui penyebabnya). Tapi dalam beberapa kasus, skoliosis bersifat degeneratif  (kerusakan secara perlahan-lahan, biasanya menimpa orang dewasa) dan juga bersifat congenital  (bawaan, pertumbuhan tulang belakang tidak normal dari sejak dalam kandungan).

*disarikan dari wikipedia dan sumber lain.

scoliosisspine

Diagnosa

When I was first diagnosed with Scoliosis, I was in my adolescent years, in 1991-1992. It was my auntie who found that my back was in not-so-normal shape, especially when i was sitting on the floor and a bit crouching. Konsul medis yang pertama adalah ke RS Fatmawati, yang kemudian dirujuk ke dr Subroto Sapardan, SpB, SpOt (alm) di RS Setia Mitra. Beliau adalah Maha Guru Dokter Spesialis Bedah Orthopedi yang sangat ahli dalam masalah Skoliosis dan he was very well known in Asia for his expertise. Hasil dari konsul pertama ke beliau  adalah positif Skoliosis, dengan bentuk lengkung huruf C terbalik dan derajat kemiringan sekitar 49 derajat.  Dokter pun menyarankan agar dilakukan tindakan operasi koreksi dengan cara pemasangan pen secepatnya. Cara penegakan diagnosa selain dengan X-Ray adalah I was told to bend in Ruku position, then it was easy to say that I had Skoliosis, from the shape of my back of which the right scapula is higher than the left one. Yang berarti bahwa dengan melengkungnya tulang punggung menyebabkan tulang belikat sebelah kanan terdesak lalu menonjol ke luar.

Pada saat sebelum sampai setelah didiagnosa Skoliosis, saya tidak merasakan sakit apapun. Semua kegiatan berjalan normal, bahkan aktivitas outdoor seperti olahraga Taekwondo, Pramuka dll dapat diikuti tanpa ada hambatan. Even if my auntie didn’t notice my Scoliosis, I wouldn’t even know it was there ! Menurut dokter, penyebab skoliosis saya adalah Idiopathic, tidak diketahui penyebabnya. Bukan karena ibu yang salah posisi menggendong saya pada saat saya bayi, ataupun kebiasaan duduk yang tidak tegak. Dan menurut dokter, operasi koreksi adalah tindakan yang sangat dianjurkan karena pada derajat kemiringan seperti saya ini terapi saja sudah cukup sulit.

Operasi Koreksi

Operasi koreksi pada dasarnya adalah memasangkan satu buah pen ke dalam tubuh kita, diletakkan bersisian dengan tulang punggung kita. Fungsinya adalah untuk menyangga tulang punggung sehingga tulang tsb tidak semakin miring/melengkung. Operasi koreksi tidak dapat mengembalikan kelurusan tulang punggung 100%, tetapi dapat mengurangi derajat kemiringan tulang tsb yang otomatis dapat memperbaiki kualitas hidup para Skolioser.

Pada kasus saya, dan beberapa kasus yang saya lihat foto rontgennya, pen diletakkan bersisian dengan tulang punggung dan dikaitkan dengan cara “diikat” ke tulang punggung di beberapa tempat, biasanya atas, tengah dan bawah. Sebelum dilakukan operasi koreksi, derajat kemiringan saya adalah sekitar 49 derajat. Terkoreksi setelah operasi menjadi sekitar 20 derajat.

Untuk persiapan operasi, saya diharuskan check in ke RS beberapa hari sebelum operasi dilakukan. Persiapan meliputi tindakan traksi, yaitu menarik tulang punggung dengan tujuan melemaskan otot2 di sekitar tulang punggung dengan cara memberi beban di bagian atas dan bawah tubuh (kepala kaki). Honestly, that method looked a bit primitive, but hey, what can you say ?!

Setelah operasi dan proses recovery selesai, waktunya untuk memakai gips yang bentuknya menyerupai rompi. Bahan gips yang tebal dan menutupi badan dari leher sampai ke pinggul, sangat menyiksa, physically dan mentally. Rasanya seperti sebuah Robot ! Looked like one and felt like one, karena gerakan tubuh kita sangat terbatas. Gips ini harus dipakai selama 6 bulan, dan boleh dilepas setelah 3 bulan, untuk mandi dan diperbaiki lagi bentuk gips nya. Bayangkan, selama 3 bulan tidak mandi sama sekali, dan pada saat mandi di RS pun posisi badan tetap harus berbaring dan kita dimandikan oleh Suster. Setelah mandi pun langsung dipakaikan lagi gips yang sudah di retouch bentuknya.

Pasca Operasi

Setelah operasi dan episode pemakaian gips selesai, kehidupan berjalan seperti biasa. Menurut dokter, pen yang sudah ditanam di tubuh tidak akan dilepas lagi, so I’ll live with it. Kalau ditanya rasanya apa, jawabnya: tidak terasa apa-apa. Hanya saja, saya cepat merasa pegal di daerah punggung apabila duduk di lantai dan tanpa menggunakan sandaran. Berjalan kaki lama pun akan merasa pegal dan linu di daerah sekitar pinggul belakang. Selebihnya, I am okay. Pada saat hamil pun tidak menemui kesulitan berarti, dan pada hamil anak pertama sempat merasakan proses lahiran normal yang kemudian diakhiri dengan SC. Pesan dokter hanyalah hindari mengangkat beban berat dan olahraga yang dianjurkan adalah renang.

Beberapa waktu yang lalu saya sempat ikut kelas yoga dan yang saya rasakan yoga membantu untuk memperbaiki postur tubuh (bahu) yang cenderung bungkuk. Bagi teman-teman yang tertarik dengan yoga, jangan lupa pada awal latihan menginfokan ke instrukturnya kalau teman-teman adalah Scolioser sehingga gerakan-gerakan yoganya bisa disesuaikan dengan kondisi Skoliosisnya.

From Time to Time

Kalau dulu th 1990an, yang saya lihat penderita Skoliosis masih sedikit jumlahnya. Namun sekarang, jumlahnya sudah meningkat. And thanks to Internet, sekarang informasi apapun tentang Skoliosis sangat mudah didapat. Bahkan sekarang ada wadah bagi penderita Skoliosis untuk berbagi segala macam informasi, yaitu komunitas Masyarakat Skoliosis Indonesia. Dari komunitas ini, saya melihat bahwa penderita Skoliosis tidak hanya di kota besar tapi di daerah-daerah juga banyak. Dan banyak juga teman-teman Skolioser yang derajat kemiringannya sudah lebih parah dari saya namun belum berkesempatan dilakukan operasi koreksi, tetapi masih tinggi semangat untuk hidup dan sembuh.

Di era teknologi yang serba canggih ini, terapi Skoliosis pun lebih baik dibanding di th 1990an dulu. Untuk yang derajatnya masih bisa dikoreksi tanpa harus dioperasi, bisa terapi dengan mengenakan Brace khusus. Dan treatment pasca operasi pun tidak se-horror dulu yang harus mengenakan gips satu tubuh selama 6 bulan.

Yang tidak kalah penting, once you are diagnosed with Scoliosis, please listen to your Orthopedic Doctor and do not go to alternative treatment other than Medical.

Love your body, love your life !

Signs of scoliosis