MADINAH Al-Munawarah, 12 – 15 March 2015
During Madinah bound, we stayed at Hotel As-Shourfa.
Hotel ini ada di ring 3, which means hanya berjarak 3 blok dari halaman Masjid Nabawi. A small hotel but very packed. Sampai hotel sekitar jam 5, tunggu beberapa saat untuk dibagikan kunci kamar, then headed to the room. Ukuran kamar standar, isi 3 tempat tidur. Seemed like they dont have a 2-bed room. Bed sheet was dirty, and we requested for a change. What came up was a new sheet but still with shabby color. Ok. We’d deal with that.
Meals at the hotel were ok. Breakfast and dinner were served at the hotel, place was okey-lah, lebih mirip seperti kantin sih. Makanan disajikan prasmanan dan di dalam 1 ruangan ada beberapa meja prasmanan untuk beberapa rombongan grup umrah. Dan 1 meja prasmanan pun ternyata tidak hanya untuk 1 rombongan umrah saja. Rasa makanan seperti masakan rumahan, tasty and nice, menunya pun menu indonesia. Tapi jangan dilihat penampakannya cos the more you looked at it, the more you’d lose your appetite. But then seperti pembimbing AliaWisata bilang, makan saja apa yang disajikan, yang penting ada asupan untuk tenaga.
My impression of Madinah, kota ini terbilang sejuk untuk ukuran daerah yg dikelilingi oleh bukit batu. People of Madinah are very friendly. Di sekitaran hotel banyak toko-toko yang menjual oleh-oleh with reasonable price. As suggested by Ustad, kalau mau belanja oleh-oleh better do it in Madinah. Karena selain barang2nya lebih bagus daripada di Mekkah, harganya pun lebih murah. Dan juga supaya di Mekkah nanti kita bisa fokus untuk ibadah umrahnya saja. Ok. Noted. Then shopping was executed, dan dalam hitungan jam ternyata we already ran out of cash! Luckily, ATM indonesia bisa dipakai di mesin ATM bank Saudi. Sip. Really helpful untuk orang-orang seperti gue yang tadinya mau ngirit tapi ternyata kalah oleh godaan barang-barang lucu di Madinah. Oh, dan rata-rata para penjual di toko-toko di Madinah, they love Indonesians that much ya: they can speak Indonesian (and in some place i found people who can speak Sundanese ! haha…), Syahrini is quite famous and even they name some fashion stuff with Syahrini on it.
Masjid Nabawi
Begitu sampai di gerbang Masjid, my spontaneous reaction was WOW !!!! Ga bisa digambarkan dengan kata2. Menginjakkan kaki di tanah Haram saja rasanya sudah seperti keajaiban, dan sekarang bisa melangkahkan kaki ke dalam Masjid Nabawi. Masuk ke dalam, sholat di dalam, rasanyaaa…..berjuta-juta !!!
It IS a BEAUTIFUL masjid. Cantik. Anggun. Vintage with modern feeling. It really gives me a chill right now, describing it with the whole big picture of Masjid Nabawi in my mind. Pertama sholat di dalam Masjid Nabawi, rasanya seperti berada di atas sejuta bintang, rasanya begitu dekat dengan Allah SWT, begitu dekat dengan Rasulullah, seakan Rasulullah ada di samping dan Allah SWT was just right in front of me. Every sholat was filled with tears. Tears of happiness, tears of gratefulness, tears of the feeling that I am nothing just a creation, just a speck of dust within galaxy kalo kata bang Adam Levine. I am nothing. We are nothing. Laa Hawla Wa laa Quwwata Illa billah, tiada daya dan upaya tanpa pertolongan Allah SWT. Tak akan tercapai ibadah umroh ini tanpa pertolongan Allah, tanpa ridha Allah. Setiap sholat selalu ingat dengan mamah bapak, anak-anak, hubby dan orang-orang terkasih. Doa tak lepas untuk mereka. Setiap sholat rasanya luar biasa. Setiap sholat rasanya seluruh curahan hati bursting out just like that, and it felt that Allah knows it without me have to say it in words. Very connected. Masha Allah. Allahu Akbar singulair allergy.
Akses masuk ke dalam Masjid Nabawi dibagi dalam beberapa Gate. The closest one from our hotel is Omar bin Khattab Gate. And it goes directly to Women Section. Terkenal dengan penutup halaman masjid yang berupa payung besar yang bisa dibuka dan ditutup, halaman masjid terbilang bersih. Banyak jamaah yang duduk atau gegoleran sambil menunggu waktu sholat. Selain terkenal dengan payung-payung cantik itu, masjid ini terkenal juga dengan Askar-askar perempuan yang selalu siaga di pintu masuk masjid, sigap memeriksa semua bawaan jamaah sebelum mereka masuk. Dressed in black abaya and niqab, rasanya para askar ini sudah tak asing lagi dengan jamaah Indonesia. Terbukti dengan mereka selalu rajin menyuruh jamaah Indonesia (melayu) masuk/rapatkan barisan by shouting “hajjah .. hajjah…indonesia..indonesia” with hands swinging urging us to follow her directions.
Di dalam masjid, hawanya sejuk banget. AC ditanam di dalam tiang-tiang masjid, sehingga lantainya pun jadi dingin. Dominated with green color, it felt so peaceful. Tiap sudut tersedia al Quran dan they all look brand new. Mungkin secara berkala diganti ya. Arsitektur dan desain masjid Nabawi bagus gus gus. Pertama kali masuk, langsung clingak clinguk dan bengong norak, takjub sama indahnya masjid Nabawi ini. Oh, dan atapnya pun bisa dibuka dan ditutup !!!!! Another norak moment, waktu lagi nunggu tiba sholat isya setelah sholat magrib, tiba-tiba terasa kok ada hawa sejuk – angin semilir gitu. Begitu lihat keatas, alamak, atapnya lagi dibuka! Terlihat langit malam dan bintang-bintang…KEREENNNN !!!! Pun ketika siang sehabis sholat zuhur, lagi antri keluar masjid tiba-tiba ada keriuhan di sebelah kiri dan semua mata mengarah ke arah belakang gue. Begitu ditengok, alamak, they are opening the ceiling !!!!!!
Selain shoppinng experience di toko-toko sekitar masjid, di area luar gerbang masjid pun ternyata berubah jadi shopping heaven di waktu sehabis sholat subuh. Banyak pedagang-pedagang kaki lima yang gelaran disana. Barang yang dijual pun beragam, dari mulai pasmina, peci, kurma, kacang, gamis, hena, minyak wangi arab, keychain dll. Dan serunya, masing-masing PKL punya ciri khas sendiri. But the famous line will be: Hamzah riyal..hamzah riyal…
I do leave my heart in Madinah.