Don’t Breathe

Nonton film yang berating 86% di Rotten Tomatoes ini, seru juga. Penuh dengan ketegangan dan akhir cerita yang unpredictable, bolehlah Fede Alvarez sang Sutradara dan Sam Raimi sebagai Produser dapat acungan jempol. 

Don’t Breathe bercerita tentang 3 orang sekawan (Rocky, Money dan Alex) yang berencana untuk merampok rumah seorang veteran tentara yang konon menyimpan banyak uang di rumahnya. The veteran is a blind man, but then it turns out that he is not as helpless as he seems. And when the 3 people think they can get away with the money easily, turns out they could not. They must find a way to escape the house, or they will become the next victim.

Anyhow, pak Veteran buta ini mengingatkan gue sangat akan  Si Buta dari Goa Hantu.  Bertubuh tinggi besar dan berperawakan atletis, dia tinggal sendirian di pemukiman yang sudah terbengkalai dan hanya ditemani oleh anjing penjaganya.  Cukup  mirip dengan si Buta yang tinggal sendirian di dalam goa dan hanya ditemani oleh monyet kecilnya, ya kan?  Cuma pak Veteran ini bukan tokoh jagoannya,  he is more the villain eventhough he is also the victim of the burglary.

Meski buta, si pak Veteran  is very well trained to live his life without his sight. Memaksimalkan panca inderanya yang lain, dia dapat dengan mudah menembak tepat mengenai sasaran, melawan para perampok, and even he keeps a hostage in his basement ! {spoiler, people!!}

So it’s about revenge, everybody. His only child died and the killer got away easily thanks to the family’s wealth. They paid him a huge amount of money but it didn’t stop him from paying back. He wants his child back, not in the voodoo magic way of bringing up the dead, but in other way which is I must say quite surprising.

I really like how the story evolved from what I think as a usual burglary attempt and normal people vs a blind man, to a story of how a blind man ‘can do so much thing’ in the name of love. It also  emphasizes that being a disabled person does not mean you are helpless and rely on other people to live your life. Losing one of your five senses is not the end of your world. In the other hand, it will strengthen your other senses and there are still many things could be done with what’s left.

Be grateful with what you have.

Always.

 

 

 

 

 

 

 

Suicide Squad

Which squad are you? MARVEL, of course!!

Once again, DC’s second movie this year after BVS, is losing it to Marvel’s second movie X-Men: Apocalypse. Apart from Margot Robbie who nailed it in playing as (hot) psychopath dr Harley Quinn, the rest of the film is dull. Even Will Smith is losing his charms.

Berlatar belakang di Gotham City, film ini bercerita tentang Amanda Waller (somekind of US Govt secret agency leader) yang mau bikin sekelompok pasukan ‘tentara’ yang terdiri dari para penjahat ternama di bidangnya: Deadshot (Will Smith) yang jago tembak and never miss a target, dr Harley Quinn (Margot Robbie) yang dulu adalah psikiaternya Joker di penjara tapi terus berubah jadi psikopat dan menjadi pacarnya Joker, Killer Croc (Adewale) — I surely miss the part yang describing kenapa dia jadi seperti mutan buaya gitu, El Diablo (Jay Hernandez) yang keren banget sebenernya bisa mengeluarkan api dari tangannya dalam berbagai macam bentuk, Capt Boomerang (Jai Courtney) yang jago berbumerang, dan Slipknot (Adam Beach) yang scenenya di film ini hanya beberapa saja dan langsung dimatikan (oops, spoiler!). Pasukan ini dipimpin oleh Colonel Rick Flag (Joel Kinnaman — somehow mukanya familiar but I still can’t recall dia pernah main di film apa) yang wing-girl nya adalah Katana (Karen Fukuhara) seorang gadis jepang yang konon jago banget main samurai.

Singkat cerita, pasukan ini harus melawan tokoh jahat demon Enchantress (Cara Delevingne) dan saudara lelakinya yang berambisi untuk menaklukkan dunia (typical). Sebenernya Delevingne kurang cocok sih menurut gue untuk peran ini, lebih pas macam Angelina Jolie ya kalau untuk tokoh demon, ekspresi demon-nya lebih dapat. Belum lagi akting meliuk-liukkan badannya yang gengges pada waktu dia mengumpulkan energi untuk membuat ‘mesin’. Ngga banget.

Another villain di film ini adalah Joker (Jared Letto). Harapannya bisa liat akting Letto yang okenya maksimal seperti waktu dia main di Dallas Buyers Club. Tapi kok ya jadi aneh ya dia jadi Joker disini. Apalagi kalau dibandingin sama Heath Ledger sebagai Joker di Batman The Dark Knight, j a u h banget. Too much accessories not needed for a Joker.

And now credit goes to .. Margot Robbie !! she is so damn hot and pas banget bawain tokoh dr Quinn, dari awalnya yang normal sampai jadi psikopat. Celetukan-celetukan ngeselin tapi lucu dan body languagenya yang seksi banget tapi ngga murahan, semuanya dapet. Gue aja yang cewe seneng banget liatnya, apalagi para lelaki deh…

Alur cerita di bagian separuh pertama was so dragging. Pengenalan para tokoh squadnya juga standar, nothing special. Separuh kedua pada saat mulai adegan tembak menembak dan berantem ngelawan para demons juga boring. Beberapa fighting scene dibuat mode slow motion yang menurut gue kurang perlu.

Anyway, this is my personal opinion ya, no hard feelings for DC fans.  Meskipun begitu, masih menantikan kok upcoming DC film “Justice League” yang sepertinya dan seharusnya lebih keren daripada dua film DC tahun ini.

And, can we have someone re-do the Batman costume please? the last one was so bulky that it looked like Batman gained lot of weights