Separation Anxiety

Ada masanya waktu berputar. Kalau dulu anak-anak nangis pilu ketika ditinggal gue ke kantor, sekarang gue yang gundah gulana berhari-hari ketika ditinggal anak tertua kuliah dan ngekost di Yogya.

Separation is hard. Menjelang hari kepindahan, mendadak asam lambung naik. Migren muncul. Semua serba salah. Antara senang, bangga, excited, tapi terus sedih bayangin anak akan sendirian, makan apa nanti, gimana kalau sakit, disini gue ngemall makan enak tapi disana dia cuma di kost’an makan seadanya. Mellow.

Separation is never easy. Ketika hari berpisah, peluk erat dan isak tangis di stasiun. Di dalam kereta dari Tugu ke Bandara, air mata ngga berhenti ngalir. Sampai rumah, hati rasanya pilu lihat sofa tempat biasa dia duduk. Buka hp, scroll pictures, mellow lagi liat selfie picsnya. Di supermarket, otomatis jajanan favoritnya diambil dan masuk ke troli. Potong kue, ah sedih lagi, ngga bisa makan bareng-bareng. Ngetik ini aja, udah mulai mengambang air mata.

But separation teaches you lessons. Your child, is not yours. They belong to their life. They have their own path. When we separate, we give them time and space for them to grow. When we’re away, we’re building trusts.

And separation makes you and them stronger. We let them make their own calls, run into mistakes, and taste the bitterness of life.

Adult by age, my little baby girl by default.

Expectations

Ini sebenernya untuk self reminder aja, buat gue yang seringkali expect too much from people karena I often put myself as them and think that I’d do as I thought this people would do. Hmm bingung? sama gue juga..

Anyhow, we all aware that life doesn’t always go as you expect it. But you cannot live your life without giving it some expectations. Life without expectations is kinda … flavorless.

Jadi, gimana ?

Ya nggak usah banyak berharaplah kalau ke orang sih. Kalau berharap, langsung aja ke yang punya kehidupan. Allah will never fail you.

Set your standards and do your best to meet your standards. You must feel thrilled when it works out well. So as they say: your happiness lies within you, it doesn’t come from others.

Balak Empat

Gosh, another birthday ?

Yes, Balak Empat. Achievement? 5K run – checked!

Jujurly, having birthdays di 2020 dan 2021 tuh rasanya campur aduk. Antara senang, sedih, dan ugghh this new normal is definitely not normal – feels like it eats away your life and gradually giving you mental breakdown. But everyone is experiencing this and even worst for some of them. Jadi, bersyukurlah.

Bersyukur masih diberi nikmat sehat untuk diri sendiri dan keluarga terdekat di tengah-tengah situasi ini.

Bersyukur masih dikelilingi a bunch of dearest people whose body-soul-and-mind are filled with positivity.

Bersyukur masih punya teman-teman yang peduli satu sama lain and are more than willing to help one another. Support system.

Bersyukur masih bisa berkesempatan ikhtiar sehat by doing exercises, taking vitamins and good food.

Bersyukur masih bisa ngerasain bahagia, sedih, marah, kesal, terharu….karena katanya Reyhan Ismail, Tuhan menciptakan banyak perasaan untuk diungkapkan, bukan untuk ditahan. Eh..

“You are nothing but a number of days, and whenever a day passess away, a part of you passes away” – Hasan Al-Basri.

Stay safe and healthy guys! If I don’t get to see you around, then see you at the other side.

Cheers to 44!

Pulang

Dulu banget waktu gue kecil dan tinggal di Kayu Putih, keluarga dan rumah mamah Dayat dan teh Yati jadi keluarga dan rumah gue yang kedua – saking seringnya gue kabur ke rumah mereka untuk main-makan-mandi-tidur di sana. Mamah Dayat udah gue anggap sebagai nyokap gue sendiri, begitu pun dengan teh Yati, anak kedua mamah Dayat, yang udah gue anggap sebagai kakak kandung perempuan gue. As I can recall, they always poured me with their love. Sincere love.

Mid Desember 2020, mereka berpulang ke rahmatullah. Terinfeksi covid-19 ditambah dengan komorbid. Kepulangan keduanya hanya berselang beberapa jam aja, dan makam mereka pun hanya berselang satu makam.

Sedih. My heart broke.

Lalu,

Pagi ini, dapat kabar duka kalau bi Yetty, adik mamah,  berpulang ke rahmatullah. Terminally ill dan metastase ke organ-organ lain. Dari awal terdiagnosis sampai kepulangannya, hanya hitungan hari.

Bibi gue yang cantik,  I always adore her graceful pretty face. Yang nggak pernah keliatan marah. Always put a bright smile on her face. Bibi gue yang rumahnya sering jadi tempat gue nginep kalau lagi main ke Bandung. Bibi gue yang hapal kesukaan gue, jajan somay hokkie yang lewat depan rumahnya. Bibi gue yang polos, yang kalau digodain sama keponakan-keponakannya yang jail, malah ikutan ketawa, sama sekali nggak kesel. Bibi gue yang selalu ceria, yang selalu semangat kalau ada kumpul-kumpul keluarga. Bibi gue..

This very sad news hit me.

These 3 wonderful and beautiful women, they were full of nothing but love, affection and kindness. Their souls were pure and warm; always resonated good vibes to their surrounding. Whenever I picture them in my mind, it’s as if they are looking at me, smiling, and I still can hear clearly the way they sound when calling me.

Orang-orang baik. Sangat baik. Lots of vivid memories of my times spent with them, and they’re all loving memories.

It hurts, when you lost people you dear so much but you couldn’t be with them for the last time.

Untuk almarhumah Mamah Dayat, Teh Yati dan Bi Yetty. Al Fatihah.

~ We surely belong to Allah and to Him we shall return ~

Level 42 (and half)

Bear with me, guys. When you’re in midlife crisis, nothing bothers you more than those 2-figure-numbers called AGE. SO yes, I’m on my Level 42 now and soon this number will add up. Sucks, huh?

40ish

When you are in your 40ish, life is running along at your pace, if calling it boring is a bit too strong. That’s why you’ll need to do something else beside your work and your family to keep your soul alive and sane.

Workout

Is it true? or you just simply want to prove that di tahap jompo pemula ini, you still can do what other younger people do? Some kinda your softest version of denial that you’re getting old? Well…

Beberapa bulan ini lagi seneng banget ngegym di sport club tempat gue biasa berenang. Sport club di komplek perumahan, nggak terlalu besar tapi alat-alatnya cukup lengkap meski agak tergolong outdated. Dapat PT yang baik banget, meski suka nyiksa kasih exercise yang bikin pengen nangis, tapi terus dia jadi nggak tega sendiri dan nawarin “mau dikurangin nggak hitungannya?” TENTU TIDAAKKK!!!!!

Maybe it’s only me, but when I push myself to the limit, I feel so thrilled! Rasanya nggak kalah sama yang lebih mudaan dari gue (SEE !!!). If they can do it, I can do the exact thing although it’ll take me some time longer to get there.

Gue pengen sehat. Have strong muscle. Nggak mau dibikin repot sama persendian yang sakit hanya karena gue jarang olahraga. Gue masih suka jajan, belum sampai tahap untuk clean eating. Tapi gue masih pengen lihat anak-anak gue sampai mereka nikah dan punya anak, dan by the time it happens, gue mau kondisi gue dalam keadaan yang sehat. Dan yang terutama adalah, I want a toned shape! If slim or lean is too much, that toned shape will do me absolutely fine.

When Life Gives You Lemons..

… i’m not going to make some lemonades because it adds some more tasks for me to do. So either I’ll have someone to make lemonade for me, or I can just leave them in the fridge. Or else, I’ll squirt them into people’s eyes!

Can you see now how 40ish I am ???

Perjodohan


Namanya JLa. Betina. Waktu itu umurnya sekitar 8-9 bulan. Masih kecil, masih suka petakilan main dan lari sana sini. Tapi untuk kucing betina, umur segitu adalah umur pertama kali mereka birahi. What her body wants, she couldn’t resist. Mating season.

 

Namanya Chewie, short from Chewbacca. Jantan. Umurnya sekitar 2 tahun lebih dan sudah disteril. Perubahan setelah disteril: jadi petakilan seperti kucing kecil, makan makin banyak dan badan makin berat! Tapi yang jelas, semakin dia besar, semakin kece dia. Laaff!

 

Panggil saja dia Michael. Jantan. Kucing tetangga, entah rumah yang sebelah mana. Pertama kali datang ke rumah waktu JLa lagi birahi. Mungkin aroma birahinya yang bertebaran kemana-mana mengundang Michael untuk mampir ngecek. Sejak pertama kali main ke rumah, sampai sekarang Michael masih sering mampir. Biasanya datang setelah magrib.

Ada satu lagi kucing yang beredar di rumah pada saat JLa birahi. Kucing lokal. Sebut saja dia Ujang. Berpenampakan seperti kucing lokal pada umumnya: kurus, nggak ganteng, tapi gesit.

                                                                ~~~~~~~~~~

Awalnya gue nggak ngeh kalau it was mating season for JLa. Tapi setelah ada perubahan-perubahan perilaku yang jelas-jelas menunjukkan bahwa JLa sedang birahi, barulah gue sedikit panik. Panik karena Chewie sudah disteril. Pilihannya pada waktu itu adalah membiarkan sampai ada kucing lokal datang atau mencarikan penjantan rumahan untuk JLa. Tapi we were running with time karena masa birahi hanya beberapa hari. Pasrah. Sampai kemudian satu malam, muncullah Michael dan Ujang, sama-sama ngedeketin JLa. Dan, just like any mom would do to her daughter, gue skrining dua kucing jantan yang lagi ngedeketin JLa itu. Dimulai dari penampilannya.

Dari segi penampilan, jelas-jelas Michael sang pemenang. Si medium persia ini punya fisik yang bagus serta terlihat sehat dan terawat. Perawakannya sedang tapi cukup kekar. Bulunya halus meski tidak begitu tebal. Mukanya juga lumayan ganteng. Mamak yang sedikit terobsesi untuk mendapatkan pejantan dari kelompok ras untuk JLa, tentu langsung memilih Michael. Udah kebayang lucunya anak-anak mereka, campuran JLa yang mix mainecoon-persia-lokal dengan Michael si medium persia. Cucok!

Singkat cerita, setelah diawali drama di pagi hari, akhirnya Michael berhasil dikandangkan bersama JLa. H2C juga takut kepergok si pemilik, nanti dikira gue nyulik kucing dia. Padahal kan cuma pinjem aja buat dikawinin, nggak niat buat diambil.

Waktu gue tinggal ke kantor, dua kucing itu di kandang saling serang. Aneh juga, padahal waktu belum sekandang, mereka oke-oke aja. Si JLa sama sekali nggak masalah dideketin Michael. Sampai akhirnya Michael dibebastugaskan oleh nyokap (baca: dilepas) sekitaran jam 9 pagi karena menurut nyokap mereka nggak berhenti-henti berantem bahkan si Michael diserang terus sama JLa. Whew, talk about female’s hormone here!

Jadi Saudara-saudaraku yang budiman, cinta itu tak bisa dipaksakan. Perjodohan, tidak apa mereka saling dikenalkan, tapi lebih baik hanya sampai disitu saja. Selebihnya biarkan berjalan sendiri. Kadang memang orangtua terdorong untuk mencarikan (jodoh) yang terbaik (menurut versi orang tua) untuk anaknya, tapi kalau tidak ada rasa suka atau cinta, tak usahlah dipaksakan sampai dikandangin bareng segala. Biarkan hati yang berbicara dan menuntun langkahnya. 

Tsaahhh!

 

In Memoriam – JLa.

Nyemplung Twice a Week

Sudah menjelang 1 tahun dari pertama kali gue ambil kelas privat berenang di Sport Club komplek sebelah. Dari yang cuma latihan 1x/minggu, sampai sekarang (berusaha) rutin 2x/minggu. Dari yang hanya bisa gaya asal-asalan, sampai sekarang hampir 3 gaya yang udah dikuasai (sombong dikiitt). Dari yang hanya latihan di lebar kolam, sampai sekarang drill nya di panjang kolam. Dan akhirnya, tujuan supaya bisa berenang bolak balik di panjang kolam pun tercapai. Bahagia? Alhamdulillah.

Bisa berenang dengan teknik dan gaya yang benar itu adalah impian gue sejak lama. Tapi ternyata….SUSAH! Kalau lagi konsen benerin  tangan, nanti kaki yang bubar. Kalau konsen ke kaki, tangan yang kemana-mana. Belum urusan atur nafas (umur emang nggak boong). Teknik yang benar ini emang penting, karena selain untuk menghindari cedera juga menjadi salah satu penunjang supaya gue bisa berenang bolak balik di panjang kolam. Selain endurance, tentunya.

Kalau si endurance, latihan yang rajin, konsisten dan set up target, biasanya sih lama-lama pasti akan membaik. Dan  teknik yang bagus akan bikin endurance juga makin oke.

Dan, satu lagi yang nggak kalah penting adalah: relax!

Sebagai atlit renang KW-10, tiap akan drill di panjang kolam selalu ada rasa cemas seperti akan sampaikah gue ke sisi kolam seberang sana. Di tengah perjalanan pun kadang ada rasa panik kalau tiba-tiba rasanya nafas nggak kuat. Atau kaki yang tiba-tiba berasa turun kebawah, atau kayuhan tangan seperti ada yang salah. Tapi saudara-saudaraku semua, percayalah, it’s just your mind playing tricks on you. So what you need to do is just stay relaxed, don’t panic and keep swimming. 

My Killer Coach

Pertengahan tahun ini, coach gue ganti. Lebih muda dari coach sebelumnya, badannya pun lebih kecil. A very warm and cheerful young lady but when it comes to training, she’s one of a hell coach! Kalau lagi kasih drill, bisa sangat kejam hitungan set nya. Belum lagi break time yang terbatas banget dan biasanya setelah 5 set pemanasan baru dikasih break yang nggak boleh lebih dari 2 menit. Seringnya berasa mau pingsan kalau lagi latihan sama dia. Ngeluh-ngeluh cape, nggak akan ditanggapin..hahaha. Awalnya agak kesel karena gue belajar berenang targetnya buat benerin teknik dan I’m not going for some competition juga anyway. Tapi kelamaan gue terbiasa dan terpacu untuk terus ningkatin target latihan. And i’m not suffering alone juga, karena untuk tiap sesi latihan gue ada teman sependeritaan, my swim buddy!!

My Swim Buddy

I met her few months ago, a nice girl, nggak beda jauh lah umurnya sama gue (sepertinya ).  So we both are taking the same schedule for this swimming class and we both share the same torture, pain and misery (*drama). Kalau lagi latihan berdua, it’d be less miserable karena jalannya pasti gantian jadi gue atau dia bisa colongan istirahat agak lamaan. Tapi begitu salah satu nggak masuk, wadawww…..torture is all for you, girl!  

Despite all those tortures and misery, it’s FUN to be in the water (pool) and swim. Not only that you give your body its right to be treated in healthy way, but you also get yourself to socialize. With seniors.

Seniors are the wamest people on earth and they are chatty by nature, especially when you see each other’s face regularly. A brief hello would lead to a long-enough talk about everything. From a long-time-no-see starter, it would end up by you getting a valuable info about a recommended Orthopaedic Surgeon which you might need some time in the future. Dan dari mereka lah elo bisa copy paste semangat untuk stay physically active because they are fully aware that by staying physically active it can improve the quality of their life.

How about you?

 

 

Nyemplung weekly

‘One’s gotta have something enjoyable and fun to do to keep their mind sane’ ~ my quote ~

Selain candy crush’ing dan reading novel, beberapa bulan ini gue lagi teratur berenang seminggu sekali — to keep my mind sane and relax. Nyemplung weekly. The ultimate goal nya sih untuk sehat, karena sadar  selama ini kurang banget gerak/olah tubuh. The other goal nya adalah supaya nanti bisa sombong sedikit, bisa berenang bolak balik dari ujung ke ujung seperti orang-orang lain. Hihihi…

Agar teratur seminggu sekali, gue memutuskan untuk ambil les privat berenang. Belajar berenang dengan gerakan yang benar, nggak cuma asal bisa ngambang di air dan bisa maju. Kalau gerakan benar, gue yakin bisa membantu postur badan gue jadi lebih baik. Apalagi untuk Skolioser seperti gue, olahraga yang sangat dianjurkan adalah berenang. Dan karena gue bukan si body-kinetic-type-of-person, nggak akan bisa lah gue belajar berenang sendiri by learning from youtube or just observing other people.

Jadilah gue berenang teratur di Sport Club komplek sebelah. Dapat coach yang asik banget — anak UNJ semester terakhir — dan sangat paham  dengan kebutuhan mamah muda macam gue. 3 bulan lebih sudah gue latihan sama dia, sekarang satu gaya udah oke (gaya bebas), udah mulai nemu celah enaknya bagaimana. Tinggal belajar satu gaya lagi: gaya punggung. Karena gue skolioser, maka gaya berenang yang dianjurkan hanya gaya bebas dan gaya punggung. Kenapa? Karena di dua gaya ini, pada saat berenang posisi badan dibuat lurus (dari kepala sampai kaki) yang sangat baik dan bisa menjadi salah satu terapi untuk punggung yang terkena skoliosis.

Do it Right to avoid Injuries

Yup. Injuries. Meski berenang sering disebut olahraga paling aman karena sifatnya yang low impact dan berada di dalam air, tapi kalau kita melakukannya dengan gerakan yang salah, maka cedera pun bisa menghampiri kita. Cedera yang terbanyak adalah cedera lutut, disebabkan ketika kaki paddling/kicking the water (hmm mengayuh atau apa ya istilahnya) gerakannya bukan berasal dari otot paha tetapi dari lutut. Rasa sakit akibat cederanya pun tidak serta merta terasakan. Tapi akan muncul beberapa lama kemudian sebagai akumulasi dari gerakan yang salah tersebut. Itu salah satu contohnya.

Untuk gue, kondisi skoliosis dengan pen yang tertanam di punggung membantu menciptakan indikator sendiri untuk gerakan renang yang salah. Kalau setelah berenang terasa pegal dan nyeri di punggung bawah (daerah sekitar tulang ekor), itu tanda-tanda bahwa selama berenang badan gue kurang lurus dan kurang naik. Badan yang kurang naik juga bisa dirasakan dari gerakan kaki. Apabila gerakan kaki terasa berat, maka artinya badan kita kurang naik atau memang kita sudah capek berenangnya. Hehehe…

Addicted

So i’m kinda addicted to this new activity. The more I learn, the more eager I am to make my moves better, if to perfect it is a bit way too much.  First weeks were killing, dan begitu pun minggu-minggu setelahnya (hohoho). And you know what, I think swimming kinda ruin my diet. Since my appetite grows a lot! I don’t know what went wrong, but I do eat a lot than before. My!

Some other things that make me addicted to go to the pool (at least) once a week are the chances to meet new people. Gue jadi punya kenalan ibu-ibu yang kalau berenang bisa 1 jam nonstop muterin kolam renang, padahal she’s over 60 years old, I believe. Dan dari hasil bincang-bincang di ruang ganti, ibu ini memang diharuskan rutin berenang oleh dokternya sebagai salah satu terapi untuk lututnya. Jadi dari beliau di kursi roda, pakai tongkat sampai akhirnya bisa jalan sendiri, semua itu hasil dari rutin berenang. Mantaf!

Observing other Club member juga menjadi sesuatu hal yang menyenangkan. Ada bapak-bapak around 50 years old yang kalau berenang gerakannya oke banget. Badannya slim dan he looks so fit for his age. Semua gaya renang rasanya dia bisa. Dan untuk gerakannya itu,  gue kasih dia nilai 100. Oke banget!

Juga ada mas-mas around 30 years old yang kalau berenang bajunya itu-itu aja. Well, gue juga sih itu-itu aja bajunya hehehe toh cuma seminggu sekali. Satu hal menarik dari mas-mas ini adalah, dibanding dengan bapak-bapak yang gue sebut diatas, mas-mas ini termasuk yang badannya ‘berisi’. Tapi beliau lincah loh gerakannya. Yang gue notice juga, dia bisa berenang gaya bebas, gaya dada dan gaya kupu-kupu. Dan dari keseluruhan gaya tersebut, gerakannya oke semua. Keren!

Satu lagi, ada bapak-bapak around 45 years old yang kalau berenang memadukan gaya bebas dan gaya dada. Kreatif memang tapi khawatir cedera juga sih lama-lama.

Happily!

As people say, do something happily then you’ll enjoy it. So yes, I’m happy that I can swim better now. I’m happy to be in the water for at least one hour a week, despite the effect it caused that my skin a bit darker and dryer now. I’m happy to feel worn-out yet fresh after swimming. I’m happy that I made new friends at the pool, listening to their stories and thoughts give me interesting insights about life. I’m happy that I can spare  my time to give my body its right to be treated positively. And I’m happy that canteen at the pool provides indomie goreng and rebus deliciously, and their snack – makaroni kering -, is the best I ever have!!!!

 

PS. Inspired by my dearest friend teh Yis Yusuf, who consistently spends her morning at the pool at least 3 days a week. Bravo!

 

 

 

 

 

 

 

40 & Fabulous!

Orang bilang “Life begins at 40”. Gue bilang “oh my God, 40 already ???”

Birthday Anxiety.

Kalau tahun-tahun kemarin gue masih dengan tengilnya bisa becandain teman yang ultah ke-40, tahun ini gue cuma bisa diam. And honestly, I was not excited to have my birthday this year. “Welcome to Club 40!” atau “Happy 40!” adalah the least birthday greeting I expected to hear. And I’m telling you, it sucks. Hahaha!

So this Birthday Anxiety thing, I have no idea if other people would feel the same way when they reach 40. Mungkin cuma gue aja yang lebay. Tapi yang jelas, mendadak gue berasa tua sekali. Siklus umur sudah memasuki waktu Ashar (hey you,  thanks for mentioning it!). And in no time, I’ll be in my 50s. You just can’t stop the time, huh ?! And there’s nothing you can do but live with it.

Aging. Gracefully

Lately before turning 40, gue merasakan tulisan-tulisan yang gue baca itu sering seperti berbayang bentukannya. Perlu beberapa detik untuk mata gue fokus, baru deh tulisan akan terlihat jelas. Awalnya gue kira karena efek pencahayaan sekitar yang buruk, atau kebiasaan buruk gue suka cek hp menjelang tidur pas lampu kamar udah dimatiin (Denial #1). Sampai akhirnya gue cek mata di satu Optik ternama, dan hasilnya adalah, mata gue +3/4!. Both of them!!! (WTH?)

Anyway, dari cek mata lanjut ke eksekusi pembuatan kacamata. Bikin kacamata baca aja (da*n!). Dan hanya untuk pemakaian di rumah kalau lagi maraton baca novel. Kalau di kantor sih nggak perlu karena semua masih serba jelas (Denial #2).

Malam sesampai di rumah, langsung dong pamer ke anak-anak.  Coba baca buku, koran, cek HP, dan amazingly semuanya menjadi begitu jernih dan jelas. Bahkan tulisan yang kecil-kecil di belakang botol Scion, bisa banget langsung kebaca tanpa harus pindah posisi ke bawah lampu. Am so thrilled! Bener-bener perfect for my eyes and it goes well with my look.

My look.

I don’t think my look change a lot from year to year. Masih cantik, dan gue nggak berasa kelihatan tua (to those who are ready to puke, please line up on this side). At least kalau lagi foto bareng anak-anak kantor yang umurnya di bawah gue, gue masih keliatan seumuran (hahaha — it’s either gue yang terlihat awet muda atau mereka yang terlihat older. Peace, girls!) Tapi sign of age ya tetap muncul lah. Si helaian rambut putih yang dari waktu ke waktu makin jelas nampak di kepala gue. But anyway that’s okay, they’re all neatly covered. Aman.

So it is true that age don’t lie. You can manipulate your look by looking forever young, but your body will reveal the true you. And age is not just about numbers. For some of us, age symbolizing certain milestones which are important to their life. How you treat your age disclose how you treat yourself. I might be cranky at the beginning of my 40, but then I know that I can (still) be Fabulous in my 40 and in the years ahead. It’s all up to me.

As written on my birthday card: “You’re not 40, you’re 18 with 22 years of experience!

Happy 40 to me!!

 

 

 

 

 

 

 

Teenager and the world they live in

Pernah dengar Menfess?

Menfess (Mention Confess) adalah salah satu fasilitas di Medsos berupa pesan atau kata-kata yang ditujukan untuk seseorang tanpa ada identitas pengirim (anonym). Biasanya si menfess ini dipakai untuk menyatakan perasaan suka/crush ke orang yang lagi ditaksir. Tapi, ada juga yang pakai menfess ini untuk ngebully orang, istilahnya “bashing”. Bashing ini berupa perkataan yang menjelekkan seseorang, terlepas dari benar atau tidaknya hal tersebut. Mirip haters lah kalau di dunia perselebritian.  Once you send menfess and tag orang yang dituju, then seantero rakyat medsos akan baca menfess itu di timeline mereka.

Kalau Bullying?

Dari seminar Parenting mengenai Bullying yang gue ikuti kemarin, Bullying adalah perlakuan tidak menyenangkan terhadap orang lain yang dilakukan secara berulang dimana korban merasa tertekan dan si pelaku mendapatkan kepuasan dari apa yang sudah dilakukannya. Bullying ini bisa secara verbal, fisik ataupun tulisan.

13 Reasons Why

Ini adalah film seri di Netflix yang diadaptasi dari novel karya Jay Asher. It is about a teenage girl who commits suicide and there are 13 reasons why she chose to do that.  Summarized from those 13 reasons, it is all about bullying and the effects it caused.

Bullying, Loneliness, Depression

Minggu kemarin, anak gue cerita kalau dia dapat kiriman menfess, a bashing one. She showed it to me and all I could say about that, it was all trash. Harsh.  Gue bisa lihat betapa sedihnya dia, kesal, dan hancur hatinya akibat si menfess ini. It was her 3rd menfess.

Lucky me, anak gue termasuk tipe ekstrovert. She likes to share stories about her friends and school. Not an open-book one, but I am glad she doesn’t keep everything by herself. Jadi waktu kemarin dia cerita mengenai kiriman menfess itu, gue bisa langsung intervensi.

Bashing menfess ini menurut gue sudah masuk ke dalam kategory bullying. Berulang kali dan jelas bikin orang yang dituju (dalam hal ini anak gue) merasa sangat tidak nyaman. And thanks to technology, the sender will stay clean.

“Ah, namanya juga anak-anak..”

Really?

Bisa bayangin nggak, kalau yang terima bashing menfess ini anaknya pendiam dan introvert. Keep everything by her/himself. Cerita ke temennya aja nggak, apalagi ke ortunya. Gue aja, as an adult, baca menfess itu ngerasa terganggu, gimana anak-anak abege itu yang masih labil emosinya. Mungkin akan ngerasa this is the end of the world. Dikirimin menfess dan seantero jagad medsos akan baca isi menfess tsb. Humiliated. Apalagi kalau isi menfess itu sama sekali tidak benar.

Hannah Baker, tokoh utama di 13 Reasons Why, memutuskan untuk bunuh diri karena mendapatkan serangkaian perlakuan tidak menyenangkan dari teman-teman di sekolahnya. Bullying. Direct and indirect. Physically, verbally and in writing.

Persahabatan yang dia jalin dari awal tahun ajaran baru, kemudian pecah karena masalah asmara dan kesalahpahaman. Keinginan untuk bisa diterima di pergaulan dan berteman dengan anak-anak yang dianggap keren di sekolah, menjadi bumerang bagi dirinya sendiri. Orang tua yang diharapkan menjadi tempat pertama untuk berkeluh kesah, sibuk dengan urusan mereka sendiri. Loneliness.

Loneliness leads to depression. Depression leads to agressive behaviour or self-destructing behaviour. But life cannot be detached from depression. How a child  is raised and taught to handle depression and how to make a child feel loved, happy and appreciated so they  can build their self-confidence and love themselves, those what matter.

Parents, let us be aware and sensitive with our children behaviour. Please do not regard every joke as “oh it’s only a joke for laughing material“. Have your children understand about the difference between bullying and joking. Teach your children to have empathy for other people’s feelings, let them be in someone else’s shoes. Yet, they need to be able to stand up and speak up for themselves. We won’t be able to be around them all the time. It is them who will deal with all the cruelty and unfairness of the world. Yes, life can be mean and it starts from their younger days.

Godspeed.