Taman Raudhah Masjid Nabawi, a Garden of Paradise

“Then as to those who believed and did good, they shall be made happy in  a beautiful garden” (Qs 30:15)

Rawdha (Raudhah), atau yang sering dibilang orang sebagai Taman Surga Nabi Muhammad SAW, terletak di dalam Masjid Nabawi. Dulu Rawdha adalah tempat Nabi Muhammad SAW beribadah, memimpin sholat, menerima wahyu, dan terletak diantara mimbar dan kamar beliau. Sekarang, di dalam Rawdha terdapat makam Rasulullah SAW, dan disitu pula dimakamkan 2 sahabat terbaik Rasulullah SAW yaitu Abu Bakar Ash Shiddiq dan Umar Bin Khattab.

Dari luar, area Rawdha ditandai oleh kubah berwarna hijau diatas masjid. Di dalam masjid, area Rawdha ditandai oleh karpet hijau yang membentang dari rumah Rasulullah SAW (sekarang makam beliau) sampai ke mimbar. Untuk jamaah laki2, waktu untuk ziarah Rawdha tidak dibatasi. Areanya pun cukup luas dan jamaah setelah sholat sunah disana biasanya masih bisa ambil foto2. Sementara untuk jamaah wanita, alamak, sudahlah waktu untuk ziarah hanya di jam-jam tertentus saja (sekitaran waktu sholat Dhuha, setelah sholat Zuhur dan setelah sholat Isya),  areanya pun terbatas. Sehingga, biasanya jamaah wanita dibagi per kelompok (berdasarkan rombongan negara) dan diatur gilirannya untuk bisa masuk ke Rawdha.

Rawdha is believed sebagai salah satu tempat yang mustajab untuk berdoa. Apapun yang didoakan disana, Insha Allah akan dikabulkan. That’s why this not so large place is always crowded with Jamaah, 24/7. My first time experience, kami berangkat pada waktu Dhuha. Setelah sholat Dhuha, mulailah menunggu giliran. Antri. Beberapa kali berpindah tempat. Beberapa kali melewati pembatas ruangan. Sampai di depan area Rawdha nya pun, kami masih harus menunggu giliran untuk masuk. Pesan dari Ustadzah yang mengantar kita, sesampai di dalam Rawdha, langsung cari tempat yang berkarpet hijau, lalu cepat sholat sunah disana, dan sholat sebanyak-banyaknya. Setelah sholat, jangan sampai terlihat sedang dalam posisi berdoa (mengangkat tangan atau posisi berdoa lainnya) karena akan diusir oleh Askar yang menjaga, cos they will consider you are done doing your sholat. Another tips is, bacalah doa sebanyak-banyaknya pada saat sujud terakhir. Askar won’t dare to bother you when you are doing your sholat.

Begitu masuk, ternyata oh ternyata, orang-orang pada berebutan untuk dapat tempat sholat di karpet hijau. Apalagi area untuk jamaah wanita sangat kecil, tidak sebanding dengan banyaknya jamaah yang masuk.

Tapi kepadatan jamaah sangat tidak mengurangi kekhusyukan sholat dan berdoa. Punya kesempatan untuk sholat dan berdoa di Rawdha, di bekas rumah Rasulullah SAW – manusia yang paling dicintai oleh Allah SWT-. di dekat makam Beliau dan sahabat-sahabat Beliau, sungguh luar biasa. Can you imagine, thousands years ago Rasulullah lived there and now I can be at the same place where he once used to be ! Cannot describe it in words.

Jadi ingat cerita ust Syauqi, kalau diibaratkan, nabi Yusuf itu bagaikan bulan — semakin dipandang semakin tampan rupanya. Sementara nabi Muhammad SAW bagaikan matahari — semakin dipandang semakin silau mata dibuatnya, saking sempurnanya beliau. Juga cerita betapa Bilal kehilangan Rasulullah ketika beliau wafat. Bilal adalah muazin pertama di masjid Nabawi, dan Bilal selalu ada mendampingi Rasulullah. Betapa Bilal sangat sedih dan kehilangan Rasulullah sampai setelah Rasulullah wafat, dia tidak sanggup menyelesaikan azannya karena selalu teringat Rasulullah. Sampai akhirnya dia pergi meninggalkan Madinah karena Madinah brought him memories of Rasulullah and it made him sad. Kemudian Rasulullah datang di mimpi Bilal, dan menanyakan kenapa Bilal tidak pernah menjenguk Rasulullah. Kembalilah Bilal ke Madinah untuk menziarahi makam Rasulullah, dan atas permintaan Hasan dan Husein, Bilal bersedia untuk mengumandangkan azan lagi. Ketika dia mengumandangkan azan, terdengarlah suara azan seperti ketika zaman Rasulullah SAW masih hidup. Sangat menyentuh hati, sehingga penduduk Madinah keluar dari rumahnya sambil menangis, teringat akan Rasulullah SAW.

Yaa Nabi salam alaika, Yaa Rasul salam alaika, Yaa Habib salam alaika, Shalawatullah alaika…..  — Siapa yang mengirimkan salam untuk Rasulullah SAW, niscaya pada saat yang sama Rasulullah mengirimkan salam kembali untuknya. Can you imagine that, betapa cintanya Rasulullah kepada umatnya.

Ok. Second experience to Rawdha.

Setelah sholat magrib, gue sama Memy, eyang uti, bu Eti dan Ita langsung pindah haluan ke pintu Babus Salam. Ikut sholat Isya disana sambil cari tempat yang dekat dengan pintu akses ke Rawdha. Beberapa lama setelah sholat Isya, mulai deh tuh Askar-askar Madinah mengelompokkan para jamaah berdasarkan negaranya. Strateginya, kita mau sneaking ikut kelompok negara-negara arab, karena kalau tunggu giliran kelompok Melayu bisa lama banget nunggunya. Tapi eh tapi, jilbab gue sama Memy warnanya bukan hitam hahaha padahal udah diwanti-wanti sama bu Eti, kalau kita mau sneaking salah satu cheatnya adalah pakai baju dan jilbab hitam jadi kesaru lah sama orang-orang Arab yang abaya dan jilbabnya hitam-hitam semua. Awalnya gue sama Memy cuek, tapi lama-lama jiper juga secara Askar-askar itu galak-galak kan singulair pill. Akhirnya setelah melipir kanan kiri, tinggallah gue bertiga Memy dan Eyang uti. Awalnya kita ngumpet di belakang 3 orang ibu-ibu Turki yang duduk di kursi lipat. Tapi entah kenapa, they suddenly left us. Hiks. Trus bergeserlah kita ke deket tiang, grab Qur’an dan read it. Askar won’t dare to bother you when you are reading Qur’an. Padahal saat itu, ada 2 orang Askar persis di depan kita yang matanya selalu ngliatin kita, nunggu giliran kapan kita ngeliat ke mereka karena pada saat itu mereka akan ngusir kita (another tips, kalau mau sneaking jangan pernah liat mata para Askar itu hahaha ntr ketauan tipu-tipunya). Pasrah deh, sambil terus berdoa. My heart was beating so fast, adrenalin rush. Kata eyang uti, pasrah aja, kalau  memang rejeki pasti kita bisa masuk.

Then suddenly, eyang uti berdiri dan langsung nyuruh kita ikut lari ngikutin rombongan Arab yang dapat giliran pertama. Gue dan Memy langsung simpan Quran, dan lari menyelinap di antara orang-orang Arab itu, sementara orang-orang Arab itu cuma pada jalan santai. Pintu pertama, lolos. Masih sambil lari dan terus menunduk, gue terus berdoa, semoga bisa lancar sampai Rawdha, Laa Hawla Walaa Quwwata Illabillah…..dann, alhamdulillah gue, Memy dan eyang Uti berhasil masuk ke Rawdha pada saat Rawdha masih relatif sepi. Begitu sampai di karpet hijau, tears bursting out, nggak percaya bisa balik lagi ke Rawdha, padahal tadi sempat pesimis untuk bisa sneaking. Sungguh perjuangan. Tapi perjuangan untuk bertamu ke Rawdha, it is worth fighting.  Alhamdulillah.

It was the last night of our stay in Madinah, so it was like saying goodbye to Rasulullah. Terus berdoa supaya ini bukan merupakan ibadah terakhir di Nabawi, semoga bisa kembali lagi kesini untuk berhaji ataupun Umrah, dengan orang-orang yang gue sayangi. Berat rasanya keluar dari Rawdha.